Jakarta – Uber, raja aplikasi ride-hailing asal Amerika Serikat, sempat meramaikan industri transportasi online di Indonesia. Namun, pada 2018, Uber memutuskan untuk menghentikan operasinya di seluruh kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Langkah ini diambil Uber dengan menyerahkan seluruh bisnisnya di wilayah tersebut kepada Grab, salah satu pemain besar dalam layanan ojek online di kawasan Asia Tenggara.
Sebelumnya, Uber juga telah menjual bisnisnya di China kepada Didi Chuxing, mempersempit wilayah operasionalnya secara signifikan.
Keputusan tersebut membuat Uber fokus untuk mengembangkan produk dan inovasi di pasar-pasar tertentu.
Setelah keluar dari pasar Asia Tenggara, Uber tidak sepenuhnya hilang dari sorotan. Perusahaan ini mulai mengalihkan fokusnya ke pengembangan teknologi canggih, seperti taksi otomatis atau robotaxi.
Kemitraan dengan beberapa produsen taksi otomatis ini menunjukkan visi Uber dalam menghadirkan kendaraan tanpa awak bagi konsumennya di masa depan.
Dalam kabar terbaru, dilansir dari CNBC International pada Jumat, 18 Oktober 2024, Uber tengah terlibat dalam pembicaraan untuk mengakuisisi Expedia, perusahaan layanan pemesanan perjalanan.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi Uber untuk memperluas portofolio bisnisnya, terutama di sektor perjalanan dan pariwisata.
Meski sudah tidak beroperasi di Indonesia, Uber terus berusaha melakukan inovasi di berbagai sektor teknologi dan transportasi.
Langkah strategis ini memungkinkan mereka tetap menjadi pemain utama dalam industri global, meski tidak lagi hadir di pasar Asia Tenggara.
Keputusan Uber untuk mundur dari Asia Tenggara dan fokus pada pengembangan teknologi canggih seperti robotaxi, menegaskan langkah mereka menuju masa depan transportasi yang lebih otomatis dan efisien.