Tangerang Selatan – Lembaga Kajian Keagamaan Universitas Pamulang (LKK-Unpam) kembali menggelar Seminar Nasional Keagamaan yang berjudul Islam dan Ilmu Pengetahuan: Artificial Intellegence, Teknologi dan Kemunduran Akhlak pada Kamis (27/4/2024) Di Auditorium H. Darsono Kampus 2 Viktor Universitas Pamulang.
Seminar ini menghadirkan dua narasumber. Pertama, K.H. M. Cholil Nafis, Ph.D., sebagai Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Dosen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dosen Universitas Indonesia.
Narasumber kedua yaitu Prof. Thomas Djamaludin, seorang Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, Pusat Riset Antariksa, BRIN, Anggota Tim Hisab Rukyat, dan Kementerian Agama RI.
Seminar ini dihadiri sebanyak 6213 mahasiswa dari berbagai prodi di Universitas Pamulang, baik secara tatap muka dan daring.
Dalam pemaparannya, Kiai Cholil Nafis menjelaskan bahwa agama dan ilmu tidak dipisahkan. Alquran menyuruh setiap hamba untuk mencari ilmu dengan membaca, mengamati setiap fenomena sehingga menjadi ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Ilmu pengetahuan kuncinya ialah membaca, islam menyeimbangkan antara membaca yang meningkatkan spiritualisme dan yang meningkatkan intelektualisme terhadap kecerdasan buatan (AI) dengan kemampuan sistem menerjemahkan data eksternal dengan hasil olahan untuk tujuan tertentu,” ucap Kiai Cholil.
Kedepannya, Artificial Intellegence (AI) mempunyai tantangan terutama dalam soal kejujuran terhadap intelektual, originalitas, dan kewenangan.
“AI ini hanyalah sebagai alat kecerdasan luar yang bisa menghimpun, mengolah dan menyajikan berbagai informasi. Namun, kita tetap membutuhkan guru yang mempunyai sanad keilmuan. AI itu hanya mesin, AI hanya memberikan stimulus pengetahuan saja, selebihnya kita cari sumber yang jelas,” jelas Kiai Cholil.
Selanjutnya, Prof. Thomas Djamaluddin membahas terkait tantangan alquran sampai tembus langit dan bumi dengan IPTEK.
“Ketika kita mempelajari ilmu dan sains, tidak lepas dari kaidah keislaman.Alquran mempunyai kebenaran yang mutlak, tetapi penafsirannya yang terus berkembang.Sisi lain, sains itu relatif berubah, tetapi sains itu ada penafsirannya, biasanya diintegrasikan pada tataran tafsir, yang keduanya ditafsirkan sesuai perkembangan zaman,” ungkap Prof. Thomas.
Tantangan alquran yang harus di jawab para ulama tentang sains secara umum terkait alam semesta, yang dikatakan dalam surat ar-rahman ayat 33 yang artinya.
“Wahai golongan jin dan manusia jika kamu sanggup menembus penjuru langit dan bumi maka tembuslah Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan yaitu IPTEK,” lanjutnya.
Dalam hal ini tentang beberapa tantangan Alquran yang mencakup dengan teknologi satelit, wahana antar-planet, misi ke mars semuanya itu berkontribusi dalam perkembangan AI dengan dibantu gaya gravitasi planet, astronomi dan juga tata Surya.
“Kita mempelajari alam semesta ini dapat membantu kita memahami Alquran, dalam Alquran banyak menyebutkan terkait sains, maka dari itu kita bisa memahami itu semua melalui sains,” jelasnya.
Prof. Thomas menasehati agar mahasiswa terus belajar. “Alquran surat al-Mujadilah ayat 11 menyatakan bahwa orang-orang beriman dan berilmu diangkat derajatnya. Dengan IPTEK kita bisa menggali apa-apa yang ada di bumi dan di langit,” tutupnya.
Elsa Fadilah: Mahasiswi Program Studi S1 Ekonomi Syariah Unpam