Nasional – Persaingan dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta 2024 semakin memanas seiring dengan hasil survei yang dirilis oleh Political Strategy Group (PSG).
Survei ini mencerminkan pandangan warga Jakarta terkait kontestasi Pilgub yang akan digelar pada November 2024.
Survei tersebut dilakukan pada 6-15 Agustus 2024 dengan metode multistage random sampling, melibatkan 1.540 responden.
Tingkat kesalahan survei ini (margin of error) sekitar ±2,7% dengan tingkat kepercayaan 95%. Menariknya, survei ini dilakukan sebelum pendaftaran resmi pasangan calon.
Luki Hermawan, Chairman PSG, menegaskan pentingnya Pilkada Jakarta dalam sejarah politik Indonesia.
Menurutnya, Jakarta tetap menjadi pusat perhatian, meski statusnya sebagai ibu kota negara sudah beralih.
“Pilkada Jakarta akhir November nanti akan menjadi momen bersejarah, menandai era baru Jakarta setelah melepas status Daerah Khusus Ibu Kota,” ungkap Luki.
Ahsan Ridhoi, Kepala Peneliti PSG, menyebutkan meski Jakarta tak lagi menjadi ibu kota negara, potensi Pilgub berjalan dalam dua putaran masih besar.
Ahsan mengacu pada pengalaman Pilgub 2017, di mana tiga pasangan calon berkompetisi hingga putaran kedua.
Dalam survei ini, **Anies Baswedan** meraih dukungan 39%, disusul **Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)** dengan 22%, dan **Ridwan Kamil** memperoleh 15%.
“Warga Jakarta tampaknya masih memiliki kenangan manis dengan kepemimpinan Anies dan Ahok, sehingga mereka cenderung memilih kembali mantan gubernur,” jelas Ahsan.
Namun, meski hanya 15% yang memilih Ridwan Kamil, Ahsan mencatat bahwa Ridwan masih memiliki potensi menarik suara swing voter, terutama dari pendukung Anies dan Ahok yang belum memutuskan pilihan.
Menurut Ahsan, dukungan untuk Ridwan Kamil bisa meningkat tergantung lawan yang dihadapinya dalam Pilgub.
Dalam skenario head-to-head, survei memperkirakan Anies akan menang dalam satu putaran melawan Ridwan Kamil. Namun, jika berhadapan dengan Ahok, persaingan antara Ridwan dan Ahok akan lebih ketat.
Meskipun hanya 19% responden yang setia pada Ridwan Kamil, potensi suara bisa berubah seiring dengan perkembangan kampanye. Ahsan menyebut ada 58% responden yang mungkin akan memilih Ridwan Kamil, tergantung pada situasi politik saat itu.
Sementara itu, Pramono Anung yang dipasangkan dengan Rano Karno, juga tidak boleh meremehkan tantangan yang dihadapinya.
Ahsan mengungkapkan bahwa pasangan ini harus lebih serius dalam membangun narasi kampanye, memperkuat soliditas tim, dan menyentuh basis suara mengambang.
“Kampanye media sosial saja tidak akan cukup bagi Pramono-Rano.
Mereka harus lebih serius dalam menyikapi aspirasi pemilih, termasuk memperhatikan isu-isu hunian warga dan dukungan dari penggemar Persija,” tambah Ahsan.
Menurut PSG, Ridwan Kamil-Suswono dan Pramono-Rano memiliki tugas berat untuk menarik simpati pemilih Anies dan Ahok.
Mungkin jika salah satu dari mereka berhasil mengajak Anies sebagai juru kampanye, peta persaingan bisa berubah.
Ahsan menutup pernyataannya dengan menegaskan pentingnya strategi kampanye yang matang, karena pemilih Jakarta cenderung lebih kritis dalam menentukan pilihan.
Survei PSG menunjukkan bahwa persaingan dalam Pilgub Jakarta 2024 masih terbuka lebar.
Meski Anies dan Ahok mendapat dukungan signifikan, Ridwan Kamil dan Pramono Anung tetap memiliki peluang besar, terutama jika mampu menarik suara swing voter.
Kampanye yang tepat dan pemahaman mendalam terhadap aspirasi warga Jakarta menjadi kunci kemenangan.